Ada pula yang pergi menjadi TKI karena tak bisa mendapatkan pekerjaan di negeri sendiri. Semua dilakukan untuk keluarga, istri dan anak-anak mereka.
Saat merantau ke negeri orang, tentu banyak persoalan yang mereka hadapi sebagai seorang TKI. Setiap kali kita melihat pemberitaan di media cetak dan elektronik, nyatanya masih banyak TKI yang tertimpa kasus.
Padahal apa yang kita lihat di media belum tentu seheboh itu kenyataannya. Persepsi yang kita lihat di media mungkin saja berbeda, dan yang tahu adalah mereka yang mengalaminya dan yang berada di sana.
Apa yang sebenarnya terjadi seharusnya bisa diketahui melalui sharing informasi. Para TKI ini sebaiknya didukung untuk saling berbagi pengalaman sebagai citizen journalism melalui tulisan di blog, agar tidak terjadi penyesatan informasi dan persepsi.
Namun sayangnya masih sedikit para TKI yang terjun di dunia blog dan tulis menulis. Padahal sekarang internet dan komputer sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Tidak terkecuali para TKI di Malaysia, saya melihat sudah banyak yang memakai smartphone, laptop, bahkan punya internet modem juga lho. Kebanyakan dari mereka banyak yang aktif di Facebook, namun masih jarang yang menulis. Karena itulah, TKI perlu dikenalkan dengan dunia blog dan tulis menulis. Tanpa pembekalan dan keterampilan, apa yang dirasakan para TKI hanya akan terganjal dalam hati mereka saja.
Sebanyak 40 orang TKI hadir dalam acara pelatihan ini, tiga di antaranya adalah staf KBRI Kuala Lumpur. Dipandu oleh Felix Kusmanto, mahasiswa S2 asal Indonesia, acara diawali dengan kata sambutan dari perwakilan KBRI yang diwakili oleh Ibu Nurul Dewi Saraswati, Sekretaris III Bidang Penerangan, Sosial, Budaya (Pensosbud) KBRI Kuala Lumpur.
Perempuan cantik ini menuturkan bahwa KBRI siap mendukung penuh teman-teman TKI yang ingin belajar dan membekali diri dengan ilmu dan keterampilan. Diharapkan tulisan-tulisan TKI di blog nantinya bisa menjadi penyeimbang berita-berita di media mainstream.
Kemudian, untuk menambah wawasan kepada TKI, saya mewakili Internet Sehat (ICT Watch) mencoba bercerita tentang perkembangan internet dan social media di Indonesia. Bagaimana tukang becak memanfaatkan Facebook untuk menjual jasanya, bagaimana seorang ibu rumah tangga berjualan online untuk mencari penghasilan tambahan, seperti apa dunia blog dan etika posting di internet.
Usai memberikan materi, acara pun dilanjutkan dengan praktek membuat blog di Blogdetik. Blogdetik dipilih karena engine-nya mudah, yaitu menggunakan engine Wordpress.
Selama pelatihan berlangsung, tak banyak kesulitan yang dialami teman-teman TKI, meskipun beberapa di antaranya ada juga yang lupa dengan password e-mail. Selama pelatihan, mereka pun didampingi oleh panitia yang dengan sukarela membantu mengasisteni. Felix pun tak henti-hentinya memberikan motivasi kepada teman-teman TKI untuk membekali diri dengan ilmu dan keterampilan.
Usai praktek, selanjutnya peserta dibekali dengan materi tips-tips menulis yang disampaikan oleh Nike dari Relawan TIK. Jelang satu jam terakhir, peserta diminta untuk menulis di blog mereka masing-masing. Enam tulisan terbaik pun dipilih panitia. Selain pulang membawa ilmu, enam tulisan terbaik juga pulang membawa headset, kaos Blogdetik, CD antivirus dan booklet Internet Sehat.
Acara pun ditutup oleh Pak Fandhy mewakili Bidang Pensosbud KBRI KL, terima kasih sudah membantu dan menyediakan fasilitas serta makanan khas Indonesia yang super enak. Lalu dilanjutkan dengan foto bersama.
Setelah acara ini, teman-teman TKI diharapkan tetap semangat berbagi lewat tulisan dengan menceritakan apa yang mereka lihat dan rasakan. Mungkin saja mereka punya pandangan yang berbeda, mau menceritakan apa yang mereka lihat dan rasakan, uneg-uneg, pengalaman atau kegiatan bermanfaat yang orang lain tidak tahu.
Para TKI ini diharapkan mau berbagi di dunia blog, khususnya lewat portal suaratki.web.id. Portal ini sendiri baru dibentuk dan dikelola oleh beberapa orang TKI juga, salah satunya Mbak Anazkia.
Dengan melek IT, permasalahan 'buta' informasi diharapkan dapat diminimalisir sehingga para TKI kita bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Paling tidak, mereka memiliki keterampilan saat pulang ke Tanah Air.
*) Penulis, Dewi Widya Ningrum adalah seorang aktifis di ICT Watch (Indonesian ICT Partnership Association). Sebelumnya pernah menjadi wartawan di kanal detikINET selama 4 tahun.
0 komentar:
Posting Komentar