Ilustrasi (Ist.) Jakarta
- Apple akhirnya menggunakan strategi 'blitzkrieg' untuk menggempur
kompetitornya. Belum genap setahun MacOSX 10.7 Lion dirilis, mereka
sudah berencana merilis MacOSX 10.8 Mountain Lion.
Sebuah siklus
yang sangat singkat, mengingat kompetitor mereka saja belum merilis
sesuatu hal yang revolusioner dalam waktu sesingkat itu. Namun, apakah
'blitzkrieg' Apple akan menjadikan mereka penguasa dunia IT? Bagaimana
tanggapan kompetitor mereka? Mari kita simak!
Dialektika Apple dengan Microsoft dan Google
Berbeda
dengan Korporasi IT lain, Apple dijalankan dengan ideologi desainer dan
seniman. Setelah Jobs meninggal, masih ada Jonathan Ive di board of
directors Apple. Dia adalah salah satu desainer terbaik di Eropa.
Diduga, Ive yang akan selalu mempengaruhi pimpinan, supaya Apple tidak
akan pernah bergeser dari semangat 'nyeni' mereka.
Hal ini
sangat berbahaya bagi kompetitor Apple, sebab umumnya industri IT sama
sekali tidak dibangun dengan mindset seperti itu. Ini menjadikan Apple
sangat unik, sehingga inovasi dari mereka akan terasa seperti
'blitzkrieg', karena memang sulit diduga.
Menurut beberapa
pengamat, rencana Apple dengan sang 'singa gunung' sudah sangat jelas,
yaitu mengintegrasikan seluruh hardware miliknya ke dalam satu UI yang
konsisten.
Disisi lain, Apple lebih optimalkan sistim cloudnya,
supaya semua hardwarenya bisa berkomunikasi dengan optimal. Hal ini
suatu gebrakan, karena artinya mengintegrasikan berbagai komunitas yang
terpisah, ke dalam satu komando.
Dalam menghadapi itu, Google dan
Microsoft harus tetap setia dengan core competence mereka. Google dan
Microsoft adalah korporasi para engineer, dan mereka harus tetap seperti
itu.
Google dan Microsoft juga sudah memiliki ekosistem yang
sangat kuat. Hanya saja, para desainer Apple adalah lawan yang tak bisa
diduga, karena mind set mereka berbeda dengan orang IT pada umumnya.
Google
dan Microsoft harus lebih optimalkan business intelligence mereka, agar
langkah-langkah Apple selanjutnya dapat mereka antisipasi. Sejauh ini,
market Google pada mesin pencarian (beserta produk derivatifnya) dan
Microsoft pada aplikasi dan development tools masih belum tergoyahkan.
Di
tengah bayang-bayang sang 'singa gunung' MacOSX 10.8, Microsoft harus
bisa meyakinkan market, bahwa Windows 8 adalah produk yang bagus. Pakar
di berbagai majalah IT internasional banyak yang memberi review positif
kepada Windos 8, dan Microsoft tetap harus 'keep their finger crossed',
supaya end user berpendapat sama.
Sementara itu, sebagai situs
internet nomor 1 menurut Alexa rank, dominasi Google di dunia maya masih
tidak tergoyahkan. Siapapun yang ingin mendapatkan profit di dunia
maya, maka 'senyum' dari 'Google God' merupakan sesuatu yang esensial.
Di
titik ini, memang Apple masih belum dapat disetarakan dengan Google.
Namun, bukan berarti Apple tidak berbuat apa-apa. Aplikasi Siri pada
iPhone, merupakan upaya Apple untuk secara perlahan-lahan kurangi
ketergantungan pada mesin pencarian Google.
Walau pada akhirnya
aplikasi mirip Siri telah dapat dijalankan di Android, namun Google
tetap harus hati-hati dalam hadapi inovasi-inovasi Apple.
Engineer dan Desainer di Persimpangan Jalan
Satu
hal yang membedakan Apple dengan vendor IT lain, mereka menjadikan
Desainer sebagai panglima, dalam arti teknologi secanggih apapun, harus
tunduk dengan desain produk yang sempurna.
Tidak mengherankan,
kalau keterbatasan space yang diberikan oleh para Desainer, justru
memaksa para Engineer Apple untuk melakukan optimasi lebih baik pada
teknologi mereka. Hasilnya adalah gadget-gadget seperti ipod/phone/pad,
yang justru hasilkan revenue lebih banyak daripada komputer Mac itu
sendiri.
Hal yang pasti adalah, walaupun basis 'ideologi' mereka
adalah Desainer yang 'nyeni', Apple sangat paham paradigma Engineering.
Hal ini yang menyebabkan mereka bisa menggabungkan teknologi canggih
dan desain paripurna.
End user, yang tentu saja sangat
pragmatis, tentu saja tidak peduli dengan kemasan teknologi yang
'geeky', namun lebih tertarik pada bungkus desain, seperti pada
produk-produk Apple.
Di sisi lain, saya berpendapat bahwa Google
dan Microsoft tidak perlu bereksperimen supaya menjadi mirip Apple.
Biarlah Apple jalan sendirian dengan ideologi mereka, sementara Google
dan Microsoft tetap setia dengan 'Engineering sebagai panglima' saja.
Dalam
dunia IT, tidak selalu prinsip Desain atau 'nyeni' dapat selesaikan
masalah komputasi. Sebagai contoh, bioinformatika/komputasi biologi,
yang adalah bidang saya, mengharuskan kita untuk mengolah data dalam
jumlah sangat besar, untuk menghasilkan informasi biologi yang berguna.
Di
titik ini, ideologi 'desainer' sama sekali tidak bermanfaat, namun yang
bermain adalah engineering, karena kita berbicara optimasi algoritma
dan software development. Sesuai dengan tradisi keilmuannya, software
bioinformatika pada publikasi ilmiah umumnya adalah open source, yang
tentu saja tidak sesuai dengan paradigma proprietary dari Apple.
Dunia
akademis (di seluruh dunia) selalu memprioritaskan ekonomisasi sumber
daya komputasinya, sehingga desktop/client windows atau linux selalu
menjadi pilihan utama dibandingkan Mac.
Tidak selalu juga, bahwa
prinsip desain itu adalah ekonomis dan high performance. Menurut data,
dari 500 superkomputer paling top di dunia, mayoritas dirun pada sistem
operasi linux.
Apple sudah meninggalkan bisnis high end server
mereka, dengan menutup lini xserve. Sehingga, pasar yang ditinggalkan
Apple sudah pasti akan dimasuki oleh server-server Linux.
Walaupun
Apple memiliki iWorks, dimana aplikasi presentasi mereka, yaitu
Keynote, banjir pujian, dominasi Microsoft pada aplikasi office tetap
tidak tergoyahkan. Microsoft Office tetaplah merupakan aplikasi Office
paling efisien, tepat guna, dan paling populer.
Di platform Mac
sendiri, Microsoft (Mac) Office masih tetap lebih populer daripada
iWorks. Development Tools Microsoft sendiri masih tetap paling disukai
oleh korporasi. Walaupun Apple berusaha mengubah situasi ini, dengan
integrasikan Iworks ke iCloud mereka, namun hal ini masih harus dilihat
efektifitasnya, karena Microsoft juga integrasikan Office mereka ke
sistem cloud.
Melihat situasi seperti itu, kita sebagai end user
haruslah cerdas. Paradigma engineering dan desainer dapat kita nikmati
dan gunakan secara bersamaan. Bukankah itu yang selalu kita lakukan
setiap hari?
Misalnya dengan menggunakan Mac, sambil jalankan
Mac Office, dan sambil Googling di saat yang bersamaan? Atau juga dengan
menjalankan laptop Windows kita, sambil merecharge iPhone, dan juga
sambil buka Google docs?
Di zaman sekarang, terutama bagi user,
mana batas engineer dan desain sudah menjadi abu-abu. Yang terpenting
bagi kita para user adalah menjadi pragmatis. Dalam arti, tidak perlu
memikirkan paradigma engineer atau desainer yang lebih unggul, yang
penting tools-tools mereka kita manfaatkan untuk selesaikan pekerjaan
kita masing-masing.
Minggu, 21 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar