Browser anda tidak mendukung iFrame
Suhono Harso Supangkat (dok. pribadi)
Selain kongres, diadakan pula pameran dan demo tentang teknologi terkait untuk peningkatan layanan transportasi yang lebih baik. Diperkirakan lebih dari 10.000 peserta hadir dan 1.000 makalah dipaparkan dalam acara tersebut.
Sebagai host acara itu adalah Kementerian Tranpsortasi, Inovasi dan Teknologi Austria. Menteri Doris Bures sangat bangga karena di Austria diklaim bahwa inovasi, teknologi dan transportasi diatur dalam satu atap kementerian, sehingga riset dan teknologi transportasi bisa dikelola mulai dari ide hingga implementasi lebih mulus.
Kongres yang merupakan acara tahunan ini mengusung tema 'Smarter on the Way', yang dapat dimaknai sebagai upaya inovasi teknologi untuk layanan trasportasi yang lebih 'smart' ataupun bisa dikatakan sebagai lebih cerdas, walaupun maknanya lebih dari itu.
Objective atau tujuan sistem tranportasi yang diharapkan dalam layanan ITS adalah peningkatan keselamatan perjalanan, kenyamanan, efisiensi, keamanan maupun bisa mengurangi dampak negative terhadap lingkungan (eco traveler).
Beberapa persoalan ini tentu juga sedang menjadi perhatian bangsa Indonesia, seperti kemacetan lalu lintas di beberapa kota besar di Indonesia, jumlah kematian sewaktu hari raya lalu dan juga penghematan energi memakai teknologi hibrida, listrik atau malah memakai konverter gas.
Makalah atau inovasi yang dipamerkan maupun dipresentasikan di Viena berkisar mulai dari pengendalian trafik lalu lintas, termasuk deteksi/sensor kondisi jalan, sistem 'probing data', termasuk peta yang efisien, bisnis model, system pembayaran hingga bagaimana suatu infrastruktur transportasi untuk mengenali adanya obyek yang sedang bergerak disekelilingnya atau yang berdekatan, seperti V2V (Vehicle to Vehicle) systems.
Selain tuan rumah Austria dan negara-negara Eropa, Jepang dan Jerman adalah negara terbesar yang memamerkan produk-produk ITS-nya. Jerman dengan produk bus listrik Siemensnya. Sementara Jepang dengan beberapa perusahaan pendukung seperti Mitsubishi, Toyota, NEC bahkan propinsi Nagasaki dan Kota Metropolitan Tokyo ikut buka pameran.
Jepang lebih mengandalkan suatu konsep yang lebih komprehensif dengan konsep 'smart community', antara alat transportasi, energi, informasi, bahkan air dalam suatu konsep yang menyeluruh.
Austria sedang melakukan pemikiran ulang (rethinking) tentang konsep mobilitas mereka. Salah satu proyek yang dikembangkan adalah SEM (Smart Electric Mobility), yang dibagi dalam 3 komponen yaitu (vehicle), integrasi grid dan dari komponen pengguna (user).
Dalam konteks alat tranportasi mereka fokus pada pengembangan system penyimpanan baterai mobil dan penggunaan energi yang efisien. Sedangkan dalam bidang integrasi grid (grid integration), mereka fokus pada sistem distribusi energi, pemerintah Austria bekerja sama dengan Vienna University of Technology, University of Natural Resources and Life Sciences Viena dan Austrian Institute for Technology.
Sementara itu Jepang yang akan menjadi tuan rumah ke-20 World ITS Congress tahun depan pun sudah menyiapkan suatu inisiasi untuk pengembangan ITS dengan target tahun 2020 jumlah kecelakaan setiap tahun kurang dari 2.500 dan kemacetan lalu lintas akan berkurang separuhnya dibanding tahun 2010.
Beberapa proyek pengembangan yang telah dilakukan sejak tahun 2011 adalah proyek percontohan Vihicle to infrastructure cooperative system, studi ketelitian dan ketelitian informasi lalu lintas (travel probe) untuk berbagai aplikasi dan verifikasi.
Selain itu juga dikembangankan V2V (Vehicle to Vehicle) communications system. Termasuk juga konsep penggabungan ITS dengan mobile listrik, 'smart energy' dan lebih luas ke dalam konsep 'smart community' yang lebih hijau, murah, efisien, aman dan nyaman.
Konsep transportasi maupaun perjalanan (travel) tidak bisa dipandang hanya sebagai sektor saja, tapi sudah merupakan suatu ekosistem dengan multisektor yang lain, seperti multi moda transportasi, hotel, iklan,jurnalism, banking, payment, kuliner, tempat wisata, energi dan berbagai bidang terkait.
Kalau melihat inovasi di berbagai negara telah mempromosikan hasilnya, Indonesia tidak boleh ketinggalan dan hanya menjadi pemakai atau pembeli saja. Stake holder harus bersinergi untuk mengembangkan kemampuan dalam negeri sehingga peningkatan konten lokal. Smarter Indonesia!
0 komentar:
Posting Komentar