lustrasi (gettyimages) Jakarta
- Disadari atau tidak, selama bertahun-tahun kita yang katanya memiliki
derajat paling tinggi ini telah -- dipaksakan dan akhirnya -- terbiasa
untuk memahami dan mengerti mesin, yang dalam hal ini komputer.
Bahkan
kebiasaan memahami komputer ini dimulai sejak generasi pertama Z1 yang
dibuat oleh Konrad Zuse pada 1935 hingga 1936. Dan kebiasaan manusia
memahami mesin ini lama-lama terdengar 'aneh' dan mengusik.
Kebiasaan
memahami mesin ini bisa dilihat dari cara kita berinteraksi dengan
komputer. Kita memilih menu-menu, menekan tombol-tombol, dan menuliskan
baris perintah dan seterusnya. Yang kita lakukan adalah mengerti tentang
mesin itu serta cara dia bekerja lalu mengikutinya.
Ketika
seseorang melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh komputer,
maka tidak ada hasil yang tercipta. Bahkan, tak jarang manusianya yang
dibilang (maaf) bodoh.
Memahami dan mengerti komputer sebenarnya
tidak hanya dilakukan oleh end user. Bahkan programmer pun masih
menggunakan cara tak efisien dalam hal membuat program, yaitu
berpura-pura menjadi komputer sehingga mengerti hasilnya seperti apa.
Sepertinya ini juga yang menjadikan programmer semacam memiliki
kedekatan batin dengan komputer, saya kira.
Dapat dilihat bahwa
teknologi interaksi antara manusia dan komputer sejak awal terinspirasi
dari cara anak-anak belajar yaitu koordinasi antara gerak mata dan
tangan untuk menyelesaikan sebuah tugas. Inspirasi inilah yang kemudian
membawa peneliti di Xerox PARC pada 1970-an membuat graphical user
interface (GUI) dan diterapkan pada komputer Alto.
GUI pada
komputer Alto ini menghadirkan jendela-jendela pada layar dan sebuah
kursor yang digerakkan dengan mouse. Sejak saat itu teknologi ini
kemudian diadopsi dan kita gunakan untuk berinteraksi dengan komputer
hingga saat ini.
Namun, era interaksi manusia memahami komputer
ini akan berakhir dan berganti dengan era dimana kita berinteraksi
dengan 'seenaknya'. Isyarat dari era ini dapat kita lihat dari lahir dan
diterapkannya teknologi sentuh, gerak fisik atau isyarat, serta voice
command.
Teknologi sentuh dan suara pada komputer telah dapat
dinikmati pada smartphone, tablet, mobil, helikopter dan lain
sebagainya. Meskipun masih memiliki kemampuan terbatas, teknologi ini
telah membuat manusia mulai meninggalkan kebiasaan memencet tombol atau
menu.
Gejala pemanfaatan teknologi sentuh semakin jauh pun telah
didukung desain yang dapat kita temui belakangan ini. Lihat Windows
Phone, Flipboard, Windows 8, serta Pingram.
Teknologi gerak fisik
atau isyarat sebenarnya telah diaplikasikan pada beberapa perangkat
seperti trackpad-nya Apple atau Kinect-nya Microsoft. Dengan menggunakan
teknologi gerak seseorang tak perlu menggerakkan mouse untuk
menyelesaikan sesuatu.
Memang harus diakui bahwa masih ada
banyak PR yang perlu dikerjakan agar gerak dapat digunakan sebagai cara
berinteraksi antara manusia dan komputer lebih jauh dari sekedar bermain
game.
Teknologi yang juga mulai hadir dan akan membantu ini
semua adalah facial recognition. Meskipun lingkup serta pengembangannya
dapat dikatakan terbatas namun pengenalan (dan pengakuan) wajah memiliki
peran penting ketika berbicara mengenai keamanan. Dengan teknologi ini
seseorang tak perlu menuliskan password untuk membuka sebuah akses
tertutup.
Dalam kehidupan sehari-hari, teknologi ini dapat
dilihat pada smartphone dengan Android 4.0+ yang mampu mendeteksi dan
memberikan verifikasi identitas pengguna sebelum dapat mengakses
smartphone.
Mungkin kita belum akan melihat atau merasakan cara
berinteraksi dengan komputer seperti yang dilakukan Tony Stark dalam
film Iron Man di waktu dekat. Namun, hadir dan berkembangnya teknologi
sentuh, gerak, suara, serta pengenalan wajah yang mulai dapat kita
nikmati akan menjadikan interaksi manusia dengan komputer menjadi jauh
lebih mudah dan manusiawi.
Minggu, 21 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar