Ilustrasi (Ist.) Jakarta - Salah satu permasalahan yang dialami oleh hampir setiap orang di abad ini adalah lupa akan password yang dimilikinya.
Kita
memiliki akun dan password di hampir semua website baik yang biasa
dikunjungi maupun yang tidak. Selain akun website kita masih memiliki
akun lain seperti komputer, smartphone, dan aplikasi tertentu baik di
komputer, server atau yang lainnya.
Dengan semakin banyaknya
akun, mau tak mau kita dituntut kreatif dalam menciptakan password
karena sebagaimana saran pakar keamanan, jangan gunakan satu password
untuk banyak akun kalau tak mau dilanda masalah.
Sayangnya,
semakin banyak password yang kita buat semakin bertambah pula masalah
yang kita miliki. Masalah sederhana yang seringkali menjadi masalah:
mengingat.
Memang pada akun yang biasa digunakan mengingat
password bukanlah persoalan besar. Semakin sering kita menggunakannya
semakin dapat dengan mudah kita menariknya dari ingatan jika
sewaktu-waktu dibutuhkan. Namun, untuk akun yang jarang, pilihan lupa
password tampak jauh lebih mudah untuk dilakukan alih-alih
mengeluarkannya dari otak ini.
Sebagaimana layaknya manusia
normal, kebiasaan memiliki peran penting dalam hal mengingat password.
Memilih opsi lupa password sebenarnya bukan masalah. Selain prosesnya
yang mudah, respons sebagian besar server dalam memberikan akses untuk
reset pun bisa dihitung dalam hitungan detik.
Namun, pilihan lupa
password kadang membuat kita tak mampu bergerak lebih cepat. Dan kadang
kita pun merasa bodoh karena tak mampu mengingat password yang ternyata
hanya 123456.
Belum lagi bila ada peraturan ketat seperti yang
diterapkan Apple dengan suspend akun selama 24 jam sebelum akhirnya
proses reset dapat dilakukan pasca bobolnya akun milik Mat Honan yang
menghebohkan dunia IT kemarin.
Single Sign-on
Salah
satu solusi yang digembar-gemborkan sejak lama dan cukup menjanjikan
namun implementasinya masih jauh dari sempurna dan menyisakan banyak
persoalan adalah penggunaan single sign-on (SSO).
SSO adalah
sebuah konsep dimana seseorang memiliki kontrol terpusat untuk semua
sistem yang digunakannya. Sistem-sistem ini biasanya bersifat independen
dan hanya memiliki hubungan 'sebatas' penggunaan akses saja. Seseorang
tidak perlu login satu per satu ke masing-masing sistem untuk dapat
mengakses akunnya.
Untuk dapat mengakses komputer, GMail,
Outlook.com, Facebook, foursquare, dan Twitter sekaligus yang dibutuhkan
hanyalah satu kali login. Sederhana dan mudah.
Hingga saat ini,
kemudahan penggunaan SSO dalam skala kecil telah dapat dirasakan oleh
pengguna akun Google. Dengan satu kali login pengguna telah memiliki
akses ke GMail, Drive, Play Store, Music, YouTube dan lain sebagainya.
Implementasi
SSO dalam skala kecil lainnya dapat dilihat dalam sistem yang dimiliki
oleh Microsoft, Facebook Connect, Ubuntu (Canonical), Tivoli (IBM),
Oracle, SAP, Kerberos (MIT), maupun JBoss.
Karena kesederhanaan
serta kemudahan inilah beberapa perusahaan besar melalui OpenID
Foundation berusaha untuk menerapkan SSO dalam skala yang lebih besar.
Meski masih ditemukan beberapa lubang keamanan, OpenID yang merupakan
produk OpenID Foundation saat ini telah diterapkan pada beberapa website
besar seperti PayPal, Yahoo! maupun Google.
Sayangnya, sistem
kontrol yang demikian terpusat ini justru menjerumuskan pengguna ke
dalam salah satu permasalahan paling mendasar dalam hal keamanan. Dengan
sistem kontrol terpusat, jika suatu saat salah satu sistem berhasil
dibobol maka sistem yang lain akan dapat dengan mudah untuk diambil
alih.
Email, kartu kredit, file penting, history perjalanan,
lokasi-lokasi penting akan terancam untuk disalahgunakan. Bayangkan
seseorang yang memiliki semua data pribadi Anda dan berniat jahat.
Jika
Mat Honan 'hanya' kehilangan akun Google, Twitter serta Apple,
kehilangan sistem yang dikontrol melalui SSO akan memberikan mimpi buruk
yang jauh lebih mengerikan. Sebuah mimpi buruk yang mungkin
mengakibatkan hancurnya kehidupan seseorang.
Dengan metode
keamanan yang ada dalam SSO saat ini sentralisasi yang ditawarkan SSO
memang cukup menjanjikan baik untuk penggunaan internal korporasi maupun
yang lebih luas. Namun, sampai hadir sebuah fitur baru yang dapat
memperkuat konsep keamanan SSO tadi kekhawatiran akan keamanan masih
menjadi persoalan tersendiri.
Belum lagi persoalan lain dalam
SSO yaitu pembagian 'kekuasaan'. Di antara banyak pesan ibu yang masih
saya ingat adalah jangan menyimpan semua telur dalam satu keranjang.
Minggu, 21 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar